Hujan lebat yang mengguyur kawasan dusun Semen dan Mudan desa Salamkanci kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang, membuat warga setempat merasa ketakutan. Mereka minta dievakuasi ke tempat pengungsian yang berada di TPQ di dusun Derepan sekitar 1 km dari dusun setempat.
"Warga minta dievakuasi, kita segera melakukan evakuasi karena mereka ketakutan," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang, Edy Susanto, Senin (2/3/2020) sore.
Petugas BPBD dibantu TNI, Polri dan relawan dengan menggunakan kendaraan mengevakuasi warga. Edy memahami kekhawatiran warga yang masih mengalami trauma pasca banjir bandang yang terjadi pada Sabtu (29/2/2020) sore lalu. Saat itu, sebanyak 118 jiwa dievakuasi ke beberapa titik yang aman. Ada pula warga yang mengungsi di tempat sanak saudaranya.
Edy sendiri belum mengetahui berapa jumlah penduduk yang dievakuasi karena masih berlangsung. Hujan lebat di kawasan itu dikhawatirkan meluruhkan retakan tanah yang ada di gunung Payung atau daerah atas.
Menurut Edy, potensi longsor masih ada karena BPBD menemukan ada 7 titik retakan.
"Hari ini DPU ESDM sedang melakukan kajian di lapangan," terangnya.
Sementara itu, sebagian warga terdampak bencana banjir bandang dan tanah longsor masih bertahan di tempat pengungsian di TPA Derepan, Senin (2/3/2020). Logistik sudah tercukupi, tetapi warga saat ini masih membutuhkan air bersih.
Menurut Sukiyah (75) salah satu pengungsi, dirinya masih kesulitan mendapatkan air bersih. Namun untuk kebutuhan yang lain seperti logistik makan minum, peralatan tidur seperti bantal dan selimut dan obat-obatan semuanya sudah tercukupi.
Sukiyah mengungsi bersama warga lain sejak kejadian banjir bandang Sabtu (29/2/2020) malam lalu ke TPA Derepan. Ia mengaku belum pulang sama sekali karena belum diperbolehkan. Pasalnya saat ini kondisi dinilai masih berbahaya, terlebih saat hujan turun.
"Saya manut saja karena kedaan memang belum aman, masih sering hujan. Sejak mengungsi sampai sekarang belum melihat rumah lagi," katanya.
Khoiriyah (44) pengungsi yang lain juga mengatakan hal sama, di pengungsian masih kekurangan air bersih. Kebutuhan air bersih digunakan untuk mandi, memasak dan keperluan lainnya.
Menurut dia, sumber air berupa sumur tidak dapat digunakan karena kemasukan lumpur. Selang air juga hilang karena hanyut terbawa banjir. Warga pun kesulitan untuk mandi atau memasak.
Bila ada donatur yang memberi bantuan, ia lebih suka diberi air bersih. Sebab untuk logistik yang lain sudah tercukupi.
Menurut Khoriyah, siang hari para pengungsi pria pulang ke rumah untuk bersih-bersih rumah yang kotor. Sedangkan ibu-ibu lansia masih bertahan di tempat ini. Warga masih merasa khawatir jika terjadi hujan deras, karena memang cuaca tidak menentu.
"Saat ini warga hanya bisa berharap cemas, bencana akan segera berakhir, tidak terjadi banjir dan longsor lagi," harapnya.
BERITAMAGELANG.ID